TAPANULI SELATAN,- Tidak tahu apakah polisi dalam hal ini Polres Tapsel berpihak atau tidak, yang pasti dalam perkara merusakkan kesopanan di hadapan orang lain alias colek paha yang dilaporkan oleh oknum bidan terdapat sebuah kejanggalan. Minggu.(11/06/23).
Saksi dari Pelapor yang menuduh Angga Harahap sebagai pelaku berubah dari anak di bawah umur menjadi seorang oknum sopir .
Sedangkan 3 orang saksi yang meringankan Terlapor , hanya 1 (satu) orang yang diperiksa , 2 orang lainnya belum kunjung diperiksa hingga status terlapor meningkat dari saksi menjadi Tersangka.
Kuasa hukum Angga Harahap, Azhari Daulay, SH dan Arifin Saleh Siregar, SH, Minggu (11/06) kepada media menyebutkan ketiga saksi dari terlapor menyebutkan kalau saat kejadian Terlapor (Angga Harahap) sedang berada di suatu tempat yang berjauhan dengan Tempat Kejadian Perkara (TKP) dimaksud.
Sementara oknum bidan menuduh Angga Harahap sebagai pelaku pencolekan paha di dalam suatu jalan sepi penghubung desa.
Di Balai Desa, oknum bidan menuturkan kalau saksi yang melihat kejadian tersebut adalah seorang anak yang sedang menggembala kambing , namun dalam keterangan pers kuasa hukum oknum bidan menyebutkan saksi yang melihat kejadian tersebut adalah seorang oknum sopir.
Perkara yang sederhana berobah menjadi sulit, jika mengacu kepada pasal 184 KUHAP sepertinya perkara ini tidak memenuhi unsur, namun pihak kepolisian resort (Polres) Tapanuli Selatan meningkatkan proses hukumnya dari Penyelidikan menjadi Penyidikan dan menetapkan Angga Harahap jadi tersangka (TSK).
Sepeda motor milik terlapor dijadikan sebagai barang bukti yang dinilai tidak memiliki korelasi terhadap kasus Colek Paha.
Seharusnya kasus Colek paha dan/atau Pelecehan seksual / pencabulan dibuktikan dengan visum et revertum ataupun alat rekam visual yang bisa melengkapi satu Pengakuan seseorang.
Bahkan Kasat Reskrim Polres Tapsel, AKP. Rudi kepada pengacara Angga Harahap menyebutkan akan melakukan pengembangan atas status kepemilikan sepeda motor milik Angga Harahap.
Sambung Azhari dan Arifin, jika hanya satu pengakuan tanpa dikuatkan alat bukti, maka kantor polisi di seantero Nusantara ini akan dipadati oleh orang-orang untuk melaporkan berbagai kejadian tanpa bukti, yang akhirnya membuat kepolisian repot sendiri, tandas Azhari Daulay.
Sepeda motor bisa saja dijadikan alat bukti jikala perkaranya dalam konteks kurir narkoba ataupun kecelakaan .
Jika sepeda motor dikaitkan dengan perkara colek paha itu merupakan hanya satu pengakuan yang mengatakan melihat seseorang menggunakan sepeda motor sepertinya hal tersebut kurang kuat jika tidak dibuktikan dengan alat rekam visual maupun ada bekas sisa perbuatan yang menempel di sepeda motor yang ditunggangi pelaku.
Sementara kasus kecelakaan atau tabrak lari, setelah mendapatkan barang bukti kenderaan, polisi masih harus membuktikan jikalau kenderaan yang dipergunakan tersebut benar dipergunakan saat kejadian . Pembuktian tersebut seperti halnya diterangkan di atas yakni melihat apakah ada bekas tabrakan pada kenderaan tersebut dan apakah ada sisa cat kenderaan lawan menempel pada kenderaan yang tertuduh.
Kesimpulannya, untuk menjadikan sesuatu untuk dijadikan barang bukti tidaklah segampang yang diperkirakan karena butuh penyelidikan lebih lanjut, meski seseorang menuduh.
Bisa saja kita menuduh seorang Bupati Korupsi, namun pada umumnya Aparat Penegak Hukum (APH) tidak serta merta menerima laporan tersebut jika tidak didukung alat bukti .
Selanjutnya jika kita menuduh oknum polisi telah menerima suap dalam perkara ini, tentu harus didukung alat bukti semisal bukti kwetansi, bukti rekaman visual atau bukti lainnya yang berkaitan dengan perkara dimaksud sehingga tidak segampang itu menerima tuduhan.
Sebelumnya wartawan mempertanyakan, apakah dalam perkara pengaduan EliFitriani Harahap menjadikan saudara Angga Harahap sebagai Tersangka dalam perkara merusak kesopanan dihadapan orang lain sebagaimana dalam pasal 281 ayat (2) KUHPidana apakah sudah memenuhi unsur sehingga Angga Harahap dijadikan sebagai Tersangka sesuai pasal 184 KUHAP ?
Atas pertanyaan yang sama, kepada wartawan Kapolres Tapsel, AKBP. Imam Zamroni menyebutkan terkait ke 2 perkara yang saling lapor dengan 2 kejadian waktu dan tempat yang berbeda tersebut saat ini sedang ditangani dan melengkapi berkas perkara dan menurut Kapolres dalam minggu ini berkas perkara sudah dikirimkan ke JPU.
Terkait 2 bukti permulaan yang cukup yang penyidik dapatkan itu merupakan ranah Projustitia yang mana nanti bisa dikaji dan dibuktikan dalam persidangan perkara tersebut.
Sebelumnya Kapolres juga menyebutkan , untuk menentukan seorang tersangka akan ditahan atau tidak sangat tergantung dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan pada tahap penyidikan, karena pertimbangan tersangka di tahan atau tidak semata-mata karena ancaman hukuman namun masih ada pertimbangan-pertimbangan lainnya yang mana menjadi sebuah strategi penyidik dalam memastikan berkas perkara dapat lebih cepat selesai dan dilimpahkan ke JPU. *(AIS)
Posting Komentar